Jumat, 23 Oktober 2020
Desa-Desa Cantik Untuk Solo Traveling Ke Jepang
Kamis, 15 Oktober 2020
Coba Yuk, Membagi Pos Keuangan Dengan Post It
Pernah mendengar 6 jars Financial Management System ?
Ini adalah sebuah metode untuk mengatur keuangan yang digagas oleh T. Harv Eker seorang pengusaha, motivational speaker dan penulis buku terkenal berjudul "Secrets of the Millionaire Mind".
Sesuai dengan namanya 6 jars Financial Management System metode ini memungkinkan kita untuk mengalokasikan keuangan dengan membaginya menjadi 6 kategori dimana setiap kategori memiliki tujuan tertentu yang berbeda.
Sejak lama saya telah menggunakan metode ini untuk mengatur keuangan setiap bulan, lalu apa kita harus menggunakan jar (toples) ?, tentu saja tidak. Kita bisa juga menggunakan wadah lainnya seperti amplop, dompet atau seperti yang saya lakukan saya memodifikasi dengan menggunakan post it.
Penggunaan post it awalnya tidak sengaja saya lakukan karena sering kali ketika berada dikantor saya membagi jenis pengeluaran setiap bulan dan untuk memberi tanda berupa nama pada uang cash tersebut saya menggunakan post it.
Lagi pula penggunanan post it ini juga lebih ringkas dan tidak memakan tempat dibanding dengan menyiapkan 6 dompet atau amplop, jadi cukup sediakan satu amplop atau dompet ukuran sedang untuk menyimpan post it dengan masing-masing uang-uangnya ini.
Caranya Post it tersebut saya lipat menjadi dua bagian lalu saya sisipkan uang ditengahnya sesuai dengan pembagian uang dalam 6 jars Financial Management System, lengkapnya adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan - Necessities (55%)
Angka presentasenya setengah dari penghasiln kita setiap bulan karena berisi uang kebutuhan selama satu bulan seperti : uang belanja, uang jajan, listrik, air, tagihan hp, bayar cicilan, bayar arisan, bayar art dan sebagainya. Jadi setiap uang yang merupakan keharusan kita secara rutin setiap bulan di bayarkan masuk ke dalam kategori ini.
Ternyata Investasi Logam Mulia Ada Banyak Cara
Senin, 12 Oktober 2020
Slowly But Sure
"Ayahhh... lama banget sih !"
"Zaidan, cepetan dong mandinya !"
"Ayo de, diem dulu biar segera selesai ini dandannya"
Hmmmmmfhhhhhh
Mungkin karena beberapa bulan terakhir lebih banyak dirumah sehingga saya pun jadi lebih punya banyak aktivitas baru dirumah, yang sebelumnya dirumah itu hanya malam hari saja sekarang dalam seminggu pun saya kekantor hanya dua atau tiga hari dan itu pun tidak lama sekali waktunya.
Sehingga saya jadi lebih banyak berfikir tentang diri saya, kebiasaan saya ataupun hal lainnya yang berkaitan dengan pribadi saya dan semakin saya pikirkan kok ada dalam diri saya yang menurut saya seharusnya saya tidak begitu, seharusnya saya tidak begini.
Salah satunya yang menggangu sekali adalah ketidaksabaran saya, keterburu-buruan saya dalam hal apapun. Ingin cepat-cepat selesai, ingin tiba sesegera mungkin, ingin tidak berlama-lama disuatu tempat karena selalu berfikir dont waste your time, be productive.
Yang mungkin pada awalnya hanya saya terapkan pada diri sendiri namun sejak menikah dan punya suami saya jadi menuntut ia mempunyai pemikiran yang sama seperti saya, kemudian punya anak pertama dan akhirnya punya dua anak saya pun jadi memaksa mereka untuk mengikuti ritme kerja pada diri saya.
Sepertinya diri saya tidak mentolerir bila mereka punya ritme kerja pada diri sendiri yang berlawanan dengan saya yang tidak seirama dengan saya, tapi saya memaksa terus sehingga akhirnya membuat diri saya kecewa pada mereka dan jadi membuat diri sendiri merasa seperti memiliki kegagalan.
Padahal setelah saya pikir-pikir lagi, kan lagi nggak ujian jadi kalau mereka nggak bisa menyesuaikan dengan kecepatan saya, yah harusnya nggak apa-apa juga kan. Apalagi kalau halnya itu sepele banget, seperti yang sering kejadian itu setelah mandi terus harus pakaikan baju dan lainnya untuk Zeanissa.
Nggak apa-apa kalau harus makan waktu sampai 30 menit toh juga setelah aktivitas tersebut kita cuma mau jalan-jalan di depan rumah saja atau kadang juga malah nggak kemana-mana tetap di dalam rumah saja, terus kenapa saya jadi buru-buru dan saya menemukan jawaban biasanya karena merasa capek saja harus berlama-lama.
Makanya saya tuh sekarang lagi berusaha banget untuk mengerem kecepatan, keterburu-buruan diri saya sendiri dalam melakukan segala hal, sedang mensugesti diri sendiri nggak apa-apa kalau nggak cepat karena toh semuanya tetap dalam kendali dan cepat selesai tidak selalu berarti menyelesaikan semuanya dengan baik.
Iya saya pun menyadari karena keburu-buru malah jadi bikin pekerjaan atau aktivitas jadi malah lebih lama selesai dan karena makin lama sayanya pun jadi makin emosi, jadi senewen ujung-ujungnya anak-anak malah jadi saya marahi padahal lagi-lagi halnya sepele banget.
Dari hal itu jadi timbul keinginan untuk mengkoreksi kebiasaan ini, karena saya merasa kok kelamaan seperti ini sepertinya tidak akan baik untuk diri saya sendiri dan juga hubungan saya dengan suami ataupun anak-anak, karena hasil akhirnya malah jadi sering bikin nggak happy dan lama-lama jadi takut juga jadi orang yang sumbu pendek.
Dari keinginan untuk merubah diri ini saya pun mencoba beberapa hal agar mengurangi ketidaksabaran diri, bisa tidak terus-terus merasa di buru-buru waktu dan berikut adalah tiga hal yang tengah saya biasakan beberapa waktu ini :
1. Tidak menunda pekerjaan
Ini yang paling sering terjadi, bila sedang dirumah walaupun ada mbak yang membantu beberes rumah tapi tetap ada pekerjaan yang memang saya kerjakan sendiri dan saya malas banget untuk melakukannya.
Jadi akhirnya saya tunda-tunda dan yang paling sering dengan main handphone akhirnya lama-lama pekerjaan yang harusnya sudah beres di waktu pagi bisa baru saya mulai mau kerjain di waktu malam padahal kalau malam waktunya nggak ada tapi saya seperti memaksakan harus menyelesaikan.
Sekarang tiap kali ada pekerjaan, aktivitas atau apapun hal kecil atau sederhana seperti misalnya setelah Zeanissa makan saya langsung mencuci perlengkapan makannya karena kalau di tunda-tunda bisa sampai besok lagi waktu makannya baru saya mau cuci.
2. Mempersiapkan keperluan esok hari di malam sebelumnya
Ini penting banget buat saya yang sering mengalami morning rush, apalagi kalau besok paginya saya ada jadwal wfo, penting banget harus mempersiapkan semuanya di malam hari sebelum tidur. Seperti mempersiapkan laptop beserta dengan charger dan mousenya ke dalam tas laptop.
Bila tidak dipersiapkan dan besok pagi ternyata bangun kesiangan sering kali saya mengalami kebingungan ditambah dengan penyakit lupa yang kerap saya alami karena terburu-buru akhirnya ketika dikantor mana bisa kerja maksimal karena charger ketinggalan yang mengakibatkan laptop mati.
Sekarang tiap awal minggu saya mulai cek jadwal wfo dan wfh, bila ada jadwal wfo berarti malamnya saya sudah mempersiapkan semuanya untuk besok pagi, lalu juga melakukan setting ke otak bangun tidur jam berapa, selanjutnya melakukan apa.. tap.. tap... jadi besok paginya bisa lebih lancar dan mudah dijalani.
3. Belajar mengelola waktu lebih baik
Point terakhir ini yang menjadi kuncinya agar tidak lagi terburu-buru yaitu dengan mengelola waktu yang kita punya selama 24 jam sehari dengan lebih baik lagi. Untuk saya yang berstatus ibu bekerja dan harus membagi waktu antara urusan domestik rumah dengan kantor harus juga bisa menselaraskan keduanya dengan bijak.
Untuk mengelola waktu yang lebih baik ini saya membuat jurnal kembali, kenapa dirumah lebih sering terburu-buru karena saya selama ini menganggap nggak perlu untuk buat jurnal kegiatan dirumah padahal buat saya yang biasa dikantor mengikuti schedule harusnya saya juga membuat ini dirumah.
Saya tidak membuat time by time yah, tapi saya bagi menjadi 4 bagian waktu yaitu : pagi, siang, sore dan malam hari lalu saya bagi lagi dengan waktu akhir pekan dan hari kerja, dari hari kerja juga saya bagi lagi saat saya wfh dan wfo.
Tidak mudah buat saya memulai lagi kebiasaan ini tapi harus saya lakukan dan saya juga masih baru sekali memulai mempraktekkan 3 hal tersebut diatas dengan harapan semoga dengan merutinkannya juga mulai bisa mengurangi ketergesaan saya dan menjadi orang yang lebih sabar yang kemudian bisa berdampak ke orang di sekitar saya juga.
Pada akhirnya semua hal tersebut saya lakukan juga untuk menenangkan diri saya, agar tidak membuat stress dan menjaga keteraturan dalam hidup dan yang paling penting berhenti merasa di kejar-kejar
Teman-teman yang tengah merasakan seperti saya, semoga bisa melalui ketidakseimbangan dalam diri ini yah dan sharing juga dong kalau ada tipsnya agar tidak jadi orang yang terburu, tergesa dan nggak sabaran ini.
Minggu, 11 Oktober 2020
Tips Mengelola Keuangan Selama Pandemi
Bulan oktober ini, tepat 7 bulan sudah yah kita menjalani kehidupan di tengah pandemi virus corona. Dinegara kita sendiri masih belum ada tanda-tanda akan berakhirnya walaupun negara lain sudah mulai turun korbannya.
Bahkan di provinsi Wuhan asal dari virus corona, kehidupan sudah berjalan normal kembali dengan aktivitas biasa seperti sebelum adanya virus flu yang mematikan ini.
Yang paling sulit terasa buat saya karena pandemi ini adalah berkurangnya penghasilan dari kantor, besaran jumlahnya adalah 10% sudah dimulai sejak bulan april lalu dan masih belum tahu sampai kapan hal tersebut dilakukan oleh kantor.
Berkurangnya penghasilan berdampak pada pengaturan financial bulanan juga, nah berikut saya mau berbagi tips mengelola keuangan selama pandemi ini agar tidak mudah tergoda untuk berbelanja yang telah saya praktekkan.
1. Kurangi Penggunaan Kartu Kredit
Coba di cek dompetnya ada berapa banyak kartu kredit yang kalian punya ? kalau saya sudah sejak lama mencukupkan diri hanya menggunakan sebuah kartu kredit saja.
Sebelum pandemi saya menggunakan kartu kredit untuk belanja bulanan di supermarket setiap bulan selain itu saya menggunakannya juga untuk pengeluaran tak terduga, sejak pandemi saya membatasi penggunaannya untuk belanja bulanan karena tidak mau ada hutang.
Jadi penggunaan kartu kredit hanya untuk membayar tagihan penggunaan handphone saja karena memang sudah berlangganan dan saya pun berhenti menggunakan kartu kredit untuk pembayaran ketika berbelanja tanpa rencana yang dulu sangat saya andalkan bila tidak mau ada uang keluar dari debit tabungan.
Jadi untuk yang masih punya banyak kartu kredit di dalam dompet kartu, pilih satu saja kartu kredit yang digunakan atau kurangi penggunaannya mulai sekarang.
2. Tidak Pakai Pay Later
Hingga saat ini saya belum pernah mengaktifkan satupun pay later yang ada di market place alasan utamanya karena saya merasa tidak butuh, hal lainnya juga untuk menjaga diri saya ketika berbelanja hanya ada uang saja, bila tidak ada uang berarti tidak membeli hingga ada uangnya.
Penggunaan pay later hampir sama dengan kartu kredit, hanya saja pay later lebih berbahaya kalau menurut saya karena mudah sekali pengajuannya, bahkan tanpa kita ajukan kita akan ditawarkan setiap kali berbelanja di market place.
Jadi berhati-hati sekali dengan penawaran pay later ini agar kita tidak terjerat hutang selama masa pandemi karena dari hasil membaca tentang literasi keuangan menambah hutang selama penghasilan berkurang sangat tidak disarankan oleh financial planner.
3. Batasi Top Up E-Wallet
Membatasi isi ulang pada e-wallet seperti gopay, ovo, dana, shopee pay, link ataupun yang lainnya juga menjaga kita untuk mengurangi pembelanjaan terutama ketika ada promo yang sebenarnya tidak kita butuhkan atau kita tidak ingin sekali tapi karena ada promo membuat kita akhinrya tergiur ditambah dengan saldo di e-wallet ada isinya.
Untuk saya yang biasanya sering jajan di gofood atau grabfood dengan membatasi top up e-wallet ini pun jadi bisa lebih banyak saving dan tidak mudah teracuni untuk jajan seperti dahulu karena e-wallet lebih sering kosong.
4. Uninstal Aplikasi Market Place
Seringnya belanja online dimana ? harus kita analisa kalau saya lebih sering belanja di shopee dan tokopedia jadi market place lainnya seperti lazada, blibli, zilingo atau yang lainnya saya hapus dari handphone saya.
Hal tersebut dapat menahan saya bila ada teman yang share mengenai diskon di lazada misalkan karena saya tidak ada aplikasinya di hp dan kalau belanja lewat browser harus sign in dulu membuat saya malas jadi akhirnya menahan keinginan saya untuk berbelanja barang diskon tersebut.
5. Belanja Saat Promo
Untuk barang-barang yang sifatnya bukan kebutuhan utama yang memang tiap bulan harus di beli saya memanfaatkan sekali promo yang ditawarkan di market place, seperti bulan lalu saya membeli ac karena ac dikamar sudah tidak dingin.
Setelah mendafatkan referensi toko yang bagus dengan harga yang cocok dengan budget, saya pun menunggu waktu berbelanja di flash sale 9.9 sehingga saya bisa dapat cashback yang dapat dibelanjakan lagi untuk membeli produk lain, best deal sekali menurut saya kalau kita belanja di saat promo.
Sulit sih memang kadang membendung diri sendiri untuk tidak berbelanja berlebihan di saat seperti ini apalagi bila kebiasaan kita sudah terbentuk dengan sering belanja online dengan barang-barang yang nggak penting atau yang tidak kita butuhkan.
Seperti saya yang kadang hanya belanja karena harga produknya murah saja, padahal tidak tahu barangnya akan terpakai atau tidak dengan pemikiran "beli saja dulu, nanti juga akan kepakai" disaat sedang krisis keuangan begini harus merubah pemikiran "hanya beli yang penting dan dibutuhkan saja"
Belum lagi banyak toko-toko baik itu yang online maupun offline menawarkan diskon setengah harga untuk produk-produknya makin harus bisa mengerem keinginan untuk berbelanja karena kalau tidak kita bisa kehilangan tabungan.
Selama pandemi ini saya justru meningkatkan nilai investasi yang saya punya, salah satunya dengan logam mulia, di postingan berikutnya akan saya bahas yah kenapa saya memilih investasi logam mulia ini.
Semoga tips-tips tersebut diatas bermanfaat dan dapat dipraktekkan selama pandemi ini dan untuk teman-teman yang masih sulit sekali meredam keinginan untuk belanja hingga kesulitan mengelola keuangan selama pandemi share dong paling tidak bisa menahan diri untuk berbelanja apa ?