Maya Rumi

"todays little moments become tommorows precious memories"

60 Hari #Dirumahaja



Melanjutkan cerita 30 Hari #dirumahaja posting kali ini adalah lanjutannya setelah bulan kedua harus dirumah aja gara-gara pandemik virus corona yang masih belum berkesudahan juga.

Bulan kedua ini sudah mulai terasa sekali kebosanannya dan rutinitasnya juga sudah mulai berubah sekali dari bulan sebelumnya.

Masih boleh denial nggak sih dengan kebiasaan baru yang sekarang sudah jadi rutinitas setiap hari ? yang sekarang ramai di istilahkan dengan new normal, karena dalam hati ini bener-bener nggak mau seterusnya akan seperti ini.

Siapa jugalah yang mau ?!

Sekarang tiap pergi kemana-mana kita harus pakai masker, harus jaga jarak dan harus mandi kalau sudah sampai rumah. Hayo siapa yang juga buat peraturan dirumah seperti ini ?!

Jadi buat saya lebih baik nggak mandi ketika keluar rumah. Padahal selama pandemi covid19 ini masih sama seperti bulan sebelumnya saya mengurangi sekali keluar rumah atau berpergian dan sampai saat ini jarak terjauh saya pergi cuma 3 km sekitar 10 sampai 15 menit lah bila berkendara dengan motor atau mobil yaitu ke sekolah Zaidan. Itu pun baru 2 kali deh karena harus mengambil tugas-tugas sekolahnya.

Selebihnya saya keluar rumah cuma ke supermarket depan komplek atau beli buah di toko buah paling dua minggu sekali, tapi ini pun nggak selalu. Lebih banyak yang keluar rumah adalah ibu saya dan pak suami sekalian dia pergi kerja saya biasanya menitip untuk dibelikan yang saya butuhkan dirumah.

Banyak sekali cerita selama self quarantine ini, jadi saya buat highligt yang paling berkesan selama ini, padahal sih setiap hari dirumah aja kegiatannya nggak banyak sekali dan berulang itu-itu saja.

Pakettt !!

Kegiatan lain yang juga berubah yaitu belanja online, bulan pertama sih saya memang cukup sering yah, setiap minggu pasti ada saja yang teriak : pakettt !!! 

Duh saya sama anak-anak happy banget dengernya. Tapi kita nggak berani keluar biasanya minta tolong sama tukang paketnya untuk meletakkan barang di depan pintu saja. 

Tapi bulan kedua ini saya mulai mengurangi belanja online, bener-bener belanja sesuai kebutuhan dan berhenti sama sekali untuk belanja makanan via ojek online.

Gaji Berkurang

Hal yang paling menakutkan imbas dari pandemik ini buat saya pribadi adalah hilangnya mata pencaharian seperti yang telah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kepada karyawannya. Perusahaan tempat saya bekerja belum ada melakukan pemutusan hubungan kerja namun telah memberlakukan work from home sesuai dengan aturan pemerintah daerah sehingga kemudian terjadilah pemotongan gaji, dengan tidak membayarkan tunjangan transportasi dan tunjangan makan, atau pemotongan gaji pokok sesuai dengan level jabatan di kantor.

Sejujurnya gaji saya pun berkurang sebanyak 10% dari yang seharusnya saya terima sebelumnya. Namun saya tetap mensyukuri dengan kondisi saat ini karena meski begitu kantor tetap dapat memberikan tunjangan hari raya sebagai hak kami para pekerjanya. Sehingga saya pun masih bisa memberikan thr juga ke mba yang kerja di rumah ataupun thr buat orang tua.





Masuk Dapur

Dari dulu saya nggak pernah hobi masak, terlebih lagi ayah zaidan lebih punya kemauan untuk cooking ataupun baking. Namun gara-gara pandemik ini saya malah jadi punya rutinitas baru masak, masak dan masak.

Pokoknya setiap hari pasti jadi sering oprek dapur bikin sesuatu buat anak-anak kebetulan juga bulan ramadhan kan dan Zeanissa sudah masuk masa mpasi dan yang paling bikin happy saya bisa bikin PIE SUSU dibantu oleh adik saya yang memang lebih jago baking dan cooking.

Kalau gara-gara masak di dapur jadi buat lebih hemat pengeluaran sih nggak juga karena sering bikin gorengan malah boros sekali dengan minyak goreng, tapi justru mengurangi jajan di luar dan nggak terlalu banyak kontak dengan orang luar juga, karena biasanya kan kalau ramadhan selalu ingin beli takjil yang banyak di jajakan di pinggir jalan.


Bored In The House

Di bulan kedua ini juga merasakan yang bener-bener bosan sampai bikin puyeng, hal ini terjadi sampai 3 hari berturut-turut, dimana setiap jam 12 siang saya pusing nggak tertahankan akhirnya satu hari saya terpaksa membatalkan puasa karena bener-bener nggak kuat dengan rasa pusing di kepala yang kebetulan saat itu juga tengah zoom meeting lama sekali dengan teman-teman kantor. 

Merasa sudah nggak tahan banget sama semua rutinitas yang membosankan ini tapi alhamdullilah nggak pakai lama merasa seperti itu, sekarang sudah mulai berdamai lagi dengan kondisi yang ada. 

Mengingat bosan saya jadi menyadari, yang lebih bosan mungkin Zaidan dan Zeanissa, mereka bahkan bener-bener dirumah aja. Saya malah jadi ingat selama 5 bulan ini, mereka bahkan ke mall cuma sekali aja. betapa nggak bosan yah mereka dirumah.

Jadi kadang kalau mereka berdua rewel-rewel saya nggak bisa apa-apa cuma bisa sabar-sabarin aja deh, nahan untuk nggak mengeluarkan emosi berusaha keras mengerti dan menerima kerewelan mereka. Berusaha sekali untuk mengalihkan perhatian, terutama untuk zaidan akhirnya saya pun melonggarkan beberapa peraturan yang dulunya saya dan pak suami sangat ketat, seperti bermain dengan handphone selama ia masih terus menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya dan lesnya saya biarkan ia punya lebih banyak waktu screening time dan memperbolehkannya bermain kapan saja di dalam rumah.

Harapan Baru Di Bulan Juni

Banyak sekali orang yang berharap kalau mulai bulan juni pandemi akan mulai menurun, self quarantine perlahan akan mulai longgar dan aktivitas akan dimulai lagi walau tidak bisa seperti sebelumnya.

Namun di bulan mei ini banyak sekali kejadian yang bikin banyak orang gemas dengan kelakuan orang-orang di media sosial yang ngomongnya ingin Indonesia segera pulih kondisinya tapi kelakuannya bertolak belakang.

Sepertinya di 60 hari ini saya sendiri makin menyadari bila sebenarnya dirumah pun kita bisa menghasilkan banyak hal, karena kreativitas kita semakin di tuntut untuk keluar. Tinggal bagaimana kita bisa menjauhkan rasa malas dari dalam diri kita saja.

Bersyukur juga bila saat ini adalah bulan ramadhan sehingga kondisi di tengah pandemi ini pun bisa meningkatkan keimanan kita, walau semua ibadah harus di lakukan dirumah aja tapi justru malah jadi lebih rajin ibadah yang biasanya di tahun sebelumnya mungkin masih bolong-bolong tarawih, malas shalat sunah duha, tahajud atau mungkin tadarus. 

Mungkin ada yang mengalami juga seperti yang terjadi dirumah saya, zaidan dan ayahnya jadi rajin mengaji bersama dan saya happy melihat moment tersebut.

Teman-teman ada punya cerita apa di dua bulan ini ?! sharing yah di kolom komentar






loph,
Maya Rumi


Komentar

  1. Semangat ya mom.. akupun bosen..tapi demi anak dan keluarga sehat.. eh tapi bener juga seneng yah belanja online..wkwk

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca postingan ini dan meninggalkan jejak komentar yang baik, semua komentar akan di moderasi terlebih dahulu oleh penulis.

Formulir Kontak