Maya Rumi

"todays little moments become tommorows precious memories"

Bila Tidak Ada Toleransi Di Masa Pandemik



Secara pribadi bulan september ini terasa berat untuk saya lalui, terlebih dengan angka korban baru yang terjangkit covid-19 yang masih terus naik, kekhawatiran saya pun bertambah karena sekarang korban-korban baru tersebut dekat sekali dengan saya.

Salah satunya adalah keluarga dari teman saya dikantor. Sekitar 2 minggu lalu saya dikabari olehnya bila kedua orang tuanya dan seorang adiknya yang tinggal di luar kota Jakarta dinyatakan positive covid-19 setelah menjalani pemeriksaan test swab.

Walaupun saya tidak mengenal keluarganya secara personal namun kedekatan hubungan kami dikantor selama ini membuat saya merasakan kesedihan yang mendalam juga untuknya, jadi seperti saya juga merasakan ketakutan kehilangan keluarga sendiri karena covid-19 ini.

Diceritakan oleh teman saya bilamana awal mulanya kedua orang tuanya sakit itu di diagnosis dengan sakit DBD, saya pun waktu itu tidak terlalu khawatir karena yakin kedua orang tuanya akan segera sembuh dengan penanganan yang baik karena mereka pun sudah dirawat di rumah sakit.

Namun karena masa pandemik ini semua orang sakit, apapun jenis sakitnya diharuskan melakukan swab test barulah diketahui kemudian bila hasilnya positive covid-19 dan karena adiknya teman saya juga tinggal serumah dengan kedua orang tuanya itu, maka ia pun kemudian di swab test juga walaupun tidak sakit dan tidak ada gejala.

Minggu kemarin tepat dua minggu lalu pertama kali teman saya memberi kabar bila kedua orang tuanya positive covid-19 dan ia pun memberikan kabar yang lagi-lagi bikin dada saya nyesek karena ternyata papanya telah tiada, walaupun untungnya bukan karena covid-19 tapi karena pneumonia yang sudah tak tertolong lagi.

Ia bilang bersyukur walaupun akhirnya papa harus cepat sekali kembali kepada sang khalik namun ia bisa memandikan dan bisa menguburkannya, melakukan bakti terakhirnya sebagai seorang anak kepada orang tua dan bersyukur sekali bila kemudian masih bisa melakukan jiarah sesering ia mampu.

Namun tetap saja kehilangan seorang yang kita cintai disaat kondisi dunia sedang tidak sehat ini, rasanya teramat berat dan pikiran pun selalu berandai-andai...

Di Jakarta pada bulan September ini muncul cluster baru untuk penularan covid-19 ini yaitu cluster keluarga dan cluster kantor, sehingga pak Anies Baswedan selaku Gubernur memberlakukan kembali psbb yang telah dimulai dari tanggal 14-25 September 2020 untuk mengurangi tingkat korban baru.

Selain itu juga adanya pelarangan isolasi mandiri dirumah, jadi bila kita melakukan swab test dan dinyatakan positive covid-19 kita diwajibkan untuk melakukan isolasi di tempat yang telah di tentukan pemerintah walaupun kita adalah orang tanpa gejala (otg).

Sejak bulan maret lalu memang terasa sekali beratnya menjalani hari-hari di tahun ini, setengah tahun sudah kita hidup dalam ketakutan dan masih belum tahu pasti kapan virus corona ini akan segera pergi dari bumi dan kita bisa menjalani kehidupan dengan normal kembali.

Sebagian orang yang sudah teramat sangat bosan dengan masa karantina menyambut dengan suka cita karena sekitar bulan juni akhirnya pemerintah jakarta mulai melonggarkan aturan sehingga warganya sudah mulai bisa kembali beraktivitas diluar rumah, berjalan-jalan ke gunung dan ke pantai atau ke mall yang menjadi tempat hiburan warga jakarta juga mulai dibuka kembali.

Namun itu sepertinya hanya kesenangan sesaat, karena tidak disertai dengan disiplin untuk mematuhi aturan-aturan yang telah di tetapkan dan dengan tidak disiplinnnya masyarakat menurut saya hilanglah sudah tolerasinya.

Kita semua berharap virus corona ini bisa dikendalikan penyebarannya agar tidak terus meluas dan memakan lebih banyak korban baru yang terinfeksi, tapi diri kita melupakan toleransi yang harusnya dapat membantu menyelamatkan lebih banyak lagi nyawa orang lain dengan disiplin menghadapi covid-19 ini.

Selama masa pandemik ini saya jadi melihat lagi arti baru dari kata toleransi, bila dulu selalu terakit dengan keragaman beragama saat ini toleransi juga harus kita sisipkan lagi pada diri kita untuk bisa menahan diri dan sabar menghadapi masa pandemik ini.

Masa pandemik yang menurut saya merupakan ujian bersama, hanya bisa dilalui juga bersama-sama yaitu dengan meningkatkan tolerasi kita pada sesama, jangan lagi keluar rumah bila tidak penting sekali, jangan lagi beralasan malas memakai masker ketika keluar rumah karena tidak nyaman dan bikin sesak nafas, tahan dulu untuk tidak berkumpul dan nongkrong dan selalu menjaga jarak aman kepada siapapun dan karena itu jangan mudah tersinggung juga bila orang lain tak ingin terlalu dekat dengan kita.

Yuk sama-sama memupuk kembali tolerasi dalam diri kita untuk menghadapi masa pandemik ini, hanya dengan tolerasi tinggi antar sesama kita yang dapat menyelamatkan kita semua, kita mampu mencukupkan hanya di tahun 2020 saja kita kehilangan banyak waktu berharga untuk berkarya, bekerja, ataupun belajar.




Komentar

Formulir Kontak