Batam merupakan salah satu kota yang paling menarik menurut saya karena kota ini merupakan kota terdekat untuk dapat keluar negri seperti singapura dan Malaysia. Walaupun saya belum pernah mencoba menyebrang ke kedua negara tersebut dari kota Batam.
Bulan september lalu melanjutkan dinas dari kantor setelah ke kota Jambi, saya bersama beberapa teman menuju ke kota Batam, tepatnya mengunjungi salah satu kantor cabang kami di wilayah Batam Centre.
Siang itu ketika kami datang hujan turun deras sekali, driver yang menjemput kami sudah stand by sehingga kami tak perlu menunggu lama di Bandara Hang Nadim yang ramai sekali dengan orang-orang yang menunggu dijemput atau tengah mencari kendaraan yang dapat membawa mereka keluar dari bandara, seketika hal tersebut mengingatkan kepada kondisi kota Jakarta di waktu hujan.
Sudah lebih dari 5 tahun saya tak mengunjungi kota Batam, terakhir kali sepertinya sebelum pandemi dan sepertinya Batam tengah banyak melakukan pembangunan dimana-mana karena banyak sekali saya temui disepanjang perjalanan dari bandara menuju kantor, terlihat tanah-tanah kosong yang tengah di ratakan.
Selain itu menurut teman saya yang tinggal di Batam ada sebuah kebijakan yang mungkin hanya ada di kota tersebut yaitu bila tanah kosong di Batam itu punya limit waktu sehingga tidak boleh di jadikan tanah kosong saja, setelah waktu tertentu pemilik diwajibkan membangun sebuah bangunan, apapun bentuknya itu tanah tersebut harus memberikan kontribusi kepada pemerintah dan masyarakat, bila pemilik belum dapat membangun sebuah bangunan yang dapat menyerap tenaga kerja maka itu banyak ditemukan di Batam bangunan-bangunan seperti gudang yang disewakan oleh pemilik.
Sore hari setelah menyelesaikan beberapa kegiatan dikantor cabang dan juga meeting-meeting kami pun diajak untuk mendatangi salah satu tempat yang paling ikonik di Batam yaitu jembatan Barelang. Jembatan yang di inisiasi pembangunannya oleh alm. BJ. Habibie saat beliau masih menjabat sebagai Mentri Riset dan Teknologi sebagai bentuk dukungan untuk kota Batam sebagai salah satu kawasan industri.
Jembatan Barelang merupakan sebuah jembatan penghubung untuk tiga pulau yang ada di Batam yaitu : Pulau Batam - Pulau Rempang dan Pulau Galang, panjangnya sekitar 2.264 meter, dibutuhkan waktu sekitar 50 menit bila kita ingin menjelajah dari ujung yang satu ke ujung lainnya. Sebelumnya saya pernah juga datang ke jembatan Barelang ini, lalu berfoto-foto karena memang pemandangannya bagus sekali.
Yang saya tidak tahu sekarang jembatan Barelang dijadikan salah satu tempat untuk orang melakukan bunuh diri, sehingga di salah satu bagian jembatan terdapat papan peringatan atau larangan. Cukup mengejutkan saya bila kondisi tempat yang dulu saya ketahui ramai dikunjungi sebagai salah satu objek wisata justru disalah gunakan oleh orang-orang yang ingin mengakhiri hidupnya disini, sungguh menyedihkan dan menjadi mengerikan.
Padahal tidak hanya jembatan Barelang yang mempunyai daya tarik, kita dapat menyewa sampan yang menggunakan mesin motor sederhana untuk dapat menyusuri disekitar laut yang berada di bawah jembatan Barelang ini dan menikmati pemandangan bagus dari pulau-pulau kecil disekitar.
Hanya dengan membayar sekitar 50 ribu per orang kita akan dibawa berkeliling selama kurang lebih sejam, pastikan datang kesini sore hari ketika waktu sunset, akan lebih cantik foto-foto atau video yang akan kita dapatkan.
Setelahnya kami dibawa ke salah satu restoran terapung yang menyajikan menu utama seafood, salah satu seafood terkenal yang hanya bisa ditemui di Kepulauan Riau adalah gonggong, sayangnya saya bukan penyuka seafood, yang bisa saya makan akan hanya udang saja, bocoran dari teman-teman saya seafoodnya memang enak dan segar sekali, ini kali pertama juga saya merasakan sensasi makan diatas resto terapung beberapa kali tempat kami makan bergoyang-goyang, sedikit ada membuat sensasi panik, tapi itu kekhawatiran saya saja sebenarnya sangat aman tempat makan ini.
Karena singkatnya kunjungan saya dan teman-teman di kota Batam ini, kami pun diajak membeli oleh-oleh di Top 100, salah satu swalayan besar yang ada di wilayah ini dan banyak menjual cemilan terutama coklat impor tidak hanya dari Malaysia dan Singapur saja, tapi dari banyak negara lainnya. Sebenarnya saya bukan penyuka coklat, tapi kalap belanja karena harganya lumayan murah dan dapat banyak jadilah setengah koper berisi coklat untuk oleh-oleh anak-anak dan keponakan serta teman-teman dikantor.
Akhirnya hampir jam 10 malam kami pun baru check in di hotel yang lokasinya berdekatan dengan area penyebrangan menuju negara-negara tetangga. Terima kasih untuk kota Batam, pengalaman yang menyenangkan sekali dapat datang kembali kesini.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca postingan ini dan meninggalkan jejak komentar yang baik, semua komentar akan di moderasi terlebih dahulu oleh penulis.