Maya Rumi

"todays little moments become tommorows precious memories"

Toilet Training, Berhasil Dalam 2 Minggu



Hingga saat ini kantor saya masih menerapkan wfh untuk para karyawannya, walaupun hanya 25% saja. Namun untuk saya ini sebuah keberuntungan karena masih ada lebih banyak waktu bisa membersamai anak-anak dirumah, apalagi saat ini anak kedua saya Zeanissa tengah mempraktekkan toilet training.

Jadwal wfh yang saya dapat dari kantor setidaknya 2 hari dalam hari kerja selama seminggu, berarti 3 hari kerja, 4 hari dirumah. Pada minggu lalu (23/6) ketika saya mendapatkan jadwal untuk wfh, saya tidak membawa anak kedua saya Zeanissa ke daycare.

Diluar dugaan hari itu ternyata menjadi hari pertama Zeanissa akhirnya memutuskan sendiri untuk berhenti menggunakan popok sekali pakai (pospak). Kejadian dimulai dari pagi hari ketika usai mandi, ketika akan saya pakaikan pospak ia menolaknya.

Zeanissa yang akan berumur 3 tahun dibulan agustus nanti memang sudah lancar berbicara, sudah jelas kata-katanya, ini lebih memudahkan kami untuk menjalani toilet training, walaupun kadang masih ada beberapa kata-katanya yang butuh dimengerti atau dipahami lagi oleh kami orang tuanya.

Dengan keinginan sendiri untuk tak lagi menggunakan pospak, saya pun dengan senang hati mengikuti keinginan Zeanissa tersebut, segera saya pakaikan celana pendek saja yang ia punya dari masih bayi, karena saya memang belum membelikan dan mempersiapkan celana dalam khusus untuk anak.

Hari ini (1/7) tepat 2 minggu Zeanissa melepaskan pospaknya dan saya bangga sekali dengannya karena ia memulai melakukan toilet training lebih cepat daripada sang kaka, memang sih saya akui baru 90% saja keberhasilannya tapi buat saya waktu 2 minggu ini singkat sekali apalagi sounding ke Zeanissa pun belum lama saya dan ayahnya lakukan kepadanya.


Ketika Sudah Berhenti Menggunakan, Jangan Pernah Lagi Memakaikan

Sepengalaman saya melakukan toilet training dengan kakanya, hal pertama yang saya lakukan ketika Zeanissa sudah menolak menggunakan pospak, benar-benar tidak lagi mengenakan pospak padanya agar ia merasakan nyamanya menggunakan celana daripada pospak.

Sekalipun itu keluar rumah, sehingga kita pun harus mengusahakan agar ketika anak tengah menjalani toilet training kita pun tak banyak keluar rumah. Semisal harus keluar rumah pun tidak perlu lama dan jangan lupa untuk mengajaknya buang air kecil (bak) dahulu sebelum berangkat.

Bila terpaksa harus keluar rumah, misalkan ke mall atau ke pusat perbelanjaan atau ke sebuah toko atau ke restoran, pastikan kita tahu letak toilet terdekat, bilamana perjalanan cukup lama karena jaraknya jauh dari rumah begitu sampai tempat tujuan langsung ajak anak ke toliet agar ia bak dahulu.


Amati Kebiasaan Waktu BAK & BAB 

Ketika anak memulai hari pertamanya untuk proses toilet training, sebagai orang tua hal yang harus kita lakukan adalah mengamati dan memahami kebiasaan waktu buang air kecil (bak) dan buang air besar (bab). Paling tepat memang kalau selama toilet training berjalan 1-3 hari, paling lama sampai seminggu kita bisa terus ada disamping anak untuk mendampingi selama transisinya.

Kebiasaan Zeanissa selama ini adalah bangun pagi pasti minum susu, lalu ia akan minum susu lagi sejam atau dua jam kemudian, diseling juga dengan sarapan setelahnya bisa 3 jam atau lebih baru minum susu lagi.

Untuk waktu makan siang pun tidak selalu pasti di jam 11 - 1 siang, kadang kalau banyak makan cemilan atau jajan lebih dari jam tersebut baru ia makan siang, namun biasanya justru di waktu tersebut adalah jadwal rutin untuk ia bab.

Untuk menghindari ia tidak bak di celana atau mengompol biasanya setelah 15 menit dari waktu minum susu saya ajak ia toilet untuk bak, sementara untuk bab biasanya saya ajak setelah setengah jam atau sejam sesudah ia menyelesaiakan makannya.

Selain mengamati kebiasaan waktu bak dan bab, kita juga dapat memastikan banyaknya konsumsi minum dan makan anak dalam satu waktu, hal tersebut bisa menjadi takaran untuk kita kemudian mengetahui sesering apa kemudian ia harus ke toilet.


Atur Waktu Ke Toilet Setiap 1 Jam Sekali & Tanyakan Sesering Mungkin

Yang kerap kali membuat seorang anak gagal melakukan training itu bisa juga datang dari kemalasan kita sebagai orang tua, anak sudah siap untuk toilet training tapi ternyata orang tua merasa toilet training itu merepotkan dan tak sabar dengan prosesnya yang melelahkan.

Sehingga lebih mudah menyerah dan akhirnya menyudahi percobaan toilet training, padahla kita perlu mencoba dan melakukan strategi seperti mengajak anak ke toilet setiap 1 jam sekali, bahkan untuk menanyakan sesering mungkin, karena diwal memulai toilet training anak-anak masih belum mengerti benar atau merasakan kapan waktu bak dan buang air besar (bab), untuk itu kita sebagai orang tua perlu menanyakan kondisinya terus menerus.

Untuk itu mohon pengertian dan kerja samanya untuk kedua orang tua, ayah dan bunda harus kompak dan bila ada anggota keluarga lain yang tinggal serumah seperti kaka atau kakek dan nenek atau mbak art, beri tahu juga mereka bila anak kita tengah menjalani toilet training, sehingga si anak yang tengah toilet training merasa didukung dan tidak berhenti tiba-tiba.


Mempraktekkan Toilet Training Di Malam Hari

Untuk waktu pagi sampai sore hari, toilet training lebih mudah memang dijalani untuk anak maupun orang tua, namun biasanya memang lebih sulit yang dimalam hari apalagi kalau anak sudah tidur dan tidak sadar dengan hasrat untuk bak sehingga akhirnya mengompol deh atau bab dicelana karena sudah tidak sempat lagi ke toilet.

Berdasarkan pengalaman, untuk Zeanissa memang sudah saya batasi untuk minum susu itu di jam 8 malam, jadi ia tidak pernah tertidur dalam kondisi karena kekenyangan meminum susu. Tidak minum susu bukan berarti tidak minum dan makan sebelum waktu tidur di jam 9-10 malam.

Untuk itu biasanya saya akan mengajak beberapa kali ke toilet, lebih sering lagi daripada waktu siang hari apalagi kalau saya tahu ia banyak minum air putih atau makan cemilan-cemilan sebelum naik ketempat tidur.

Ketika berada ditempat tidur, pada bagian tempat Zeanissa tidur, saya pasangkan perlak agar melindungi kasur dan seprei dari ompol atau jika ingin lebih aman lagi pasangkan seprei waterproof.

Yang tak kalah penting juga kita harus melakukan sounding dengan kata-kata mengingatkan dan memberitahukan, kalau saya bahasanya seperti berikut :

"ade jangan pipis ditempat tidur yah, pipisnya di toilet kan, kalau pipis di tempat tidur itu namanya ngompol, nanti ade pantatnya basah, tidurnya nggak enak"

"ade kalau ingin pipis, bangunin bunda yah, bun bun mau pipis bun, nanti bunda temani ke toilet deh"

Ini tidak langsung berhasil yah, tetap ada masa Zeanissa pun mengompol, namun bisa berhasil kalau kita orang tua juga lebih siap dan sigap di malam hari membantu anak yang tengah belajar bak dan bab di toilet di waktu malam hari.

Dalam waktu 2 minggu, Zeanissa hanya sekali ngompol sebanyak 2 kali dalam semalam dan hanya 2 kali mengompol sebanyak 1 kali dalam semalam, selebihnya dia benar-benar tidur terlelap hingga pagi hari.

Dari sini saya pun jadi tahu bila waktu malam ia pun sebenarnya sudah tidak lagi sering bak, dan selama itu juga tidak pernah sekalipun bab di waktu malam hari ketika tidur. 

Bila selama waktu malam tidak ada anak terbangun mengajak kita ke toilet, pagi hari di waktu subuh saya membangunkan Zeanissa untuk mengajaknya ke toilet, anaknya pasti menolak tapi biasanya saya rayu terus, kalau bisa gendong saja ke toilet dan dudukan di toilet, nah ini tidak memungkin untuk saya karena tengah hamil sehingga biasanya ia saya bangunkan lalu saya ajak jalan dengan digandeng.

Walaupun ia merasa berat sekali jalannya tapi saya hibur dan saya semangati ia untuk bangun, pokoknya saya pakai bahasa yang lembut sekali karena ia baru bangun tidur dan belum terbiasa untuk langsung bak begitu bangun tidur.

Pada waktu malam ini juga saya biasanya tidak benar-benar terlelap tidurnya, biasanya saya bangun 2 sampai 3 kali untuk mengecek Zeanissa, kalau kebetulan ia terbangun tiba-tiba saya juga tak lupa mengajaknya untuk ke toilet, tapi kalau ia menolak saya tidak memaksanya, apalagi diawal malam hari ia baru memulai untuk toilet training.

Tidak memaksakan ke toilet juga membuat pengalaman anak menjalani toilet training di waktu malam hari tidak menjadi tekanan yang mungkin akan berakibat kepada kemalasan dan kekesalannya, jadi kalau anak mungkin akan ngompol di malam hari kita maklumi saja.

Yang terpenting di pagi harinya kita ceritakan kepada anak mengenai kondisi semalam, jadi seperti pengingat kepada anak kalau semalam ia mengompol dan masih harus belajar lagi dan jadi pembelajaran juga untuknya agar malam berikutnya tidak mengulangi lagi. Jadi tidak memaklumi terus menerus.


Belikan Celana Dalam Dengan Karakter yang Lucu Atau Favoritnya

Untuk Zeanissa begitu ia memulai toilet training saya pun segera membelikan 1 lusin celana dalam model hot pants untuknya dengan gambar-gambar ice cream, princess yang memang kebetulan favoritnya.

Pemilihan model hot pants karena selama proses toilet training dirumah saya tidak mengenakan celana atau rok lagi, jadi hanya celana hot pants saja agar lebih mudah ia membuka sendiri, karena selain belajar bak dan bab di toilet ia juga sekaligus saya ajarkan mengenakan celana dalam sendiri.

Dengan membelikan celana dalam yang mudah ia kenakan sendiri ditambah dengan gambar yang ia suka menjadi motivasi juga untuknya untuk terus menjalani proses toilet training yang telah ia mulai.

Untuk celana dalamnya ini saya pakai merk sorex, bahannya lembut dan ukurannya pas untuk usia zeanissa dan untuk pembelian saya lakukan di tik tok shop karena lebih murah daripada di ecomm lainnya apalagi beli langsung di pasar atau toko. 


KESIMPULAN

Proses toilet training salah satu yang terberat untuk anak dan kita sebagai orang tua untuk jalani, namun yakinlah ayah bunda hanya dengan kesabaran dan ketekunan bisa berhasil dilakukan dan memang sebaiknya dilakukan saat anak-anak sudah mulai usia memasuki usia 3 tahun.

Dari anak pertama saya meyakini dukungan orang tua ketika anak sedang menjalani toilet training ini sangat berimbas pada keberhasilannya, jadi tidak hanya anak yang harus menjaga konsistensi namun juga kedua orang tua, jadi please jangan mudah menyerah ketika sudah memulai apalagi berhenti ditengah jalan karena lelah dan ribet.

Menunda waktu memulai toilet training bukan pilihan bagi orang tua, karena itu adalah salah satu phase pertumbuhan dan perkembangan anak, dengan menunda kita tidak hanya merugikan anak karena membuatnya tidak juga kunjung siap untuk toilet training, yang akhirnya bisa jadi kemudian malah keterusan sampai usia anak memasuki masa sekolah.

Yang tak kalah penting juga harus diketahui, proses toilet training dengan segala keriwehannya justru akan menurunkan beban pengeluaran keluarga karena sebenarnya harga pospak memang nggak ada yang murah.

Namun juga jangan terlalu berambisi untuk anak-anak segera memulai toilet training, karena sebaiknya tidak memulai toilet training terlalu dini, tapi tepat waktu dan tidak terburu-buru dalam prosesnya namun jadilah orang tua yang mendukung dan terus membersamai.

Setelah 2 minggu ini toilet training, saya tak lagi mengingatkan atau mengajak Zeanissa ke toilet untuk bak & bab, ia sudah mulai tahu waktu untuk kedua hal tersebut, ia segera lari ke toilet dan sebelumnya ia tetap memberitahu saya, ayahnya atau orang lain yang ada dirumah bila kami tak ada ketika ia ingin bak atau bab.

Zeanissa juga sudah belajar memakai celana/rok sendiri dan juga celana dalamnya, ia justru lebih sering menolak bantuan kami untuk memakaikan, untuk bersih-bersih setelah bak atau bab, memang masih perlu dibantu walau kadang ia juga mencoba sendiri.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan proses toilet training ini berdasarkan pengalaman pribadi, bila ada informasi yang kurang atau tidak lengkap ayah bunda bisa mencari referensi yang banyak bisa ditemukan pada artikel pareting juga yah.

Yuk, yuk yang sama-sama tengah berjuang menjalani toilet training ini sharing pengalamannya dikolom komentar yah.

Komentar

Formulir Kontak