Maya Rumi

"todays little moments become tommorows precious memories"

Rejeki Seret, Sudah Coba Sedekah 10% dari Penghasilan Setiap Bulan



Tepatnya sekitar awal tahun 2016 saya pernah datang mengikuti seminar Ippho Santosa yang bertajuk #Rp100JutaPertama. Untuk yang belum tahu, Ippho Santosa adalah seorang motivator muslim yang menulis banyak buku dan salah satu bukunya yang menjadi mega best seller berjudul 7 Keajaiban Rejeki.

Saat mengikuti seminarnya saya masih belum tahu tentang bukunya tersebut, saat itu saya datang mengikuti seminarnya karena tertarik dengan ajakan teman yang sudah lama tidak saya temui, jadi saya datang ke seminar tersebut dengan tujuan lain yaitu untuk bersilaturahmi.

Ternyata tanpa saya duga dari seminar inilah saya mendapat ilmu yang merubah pemikiran saya mengenai rezeki.

Hingga saat ini hasil dari seminar masih sangat berkesan dan mendalam bagi saya, karena  melalui seminar tersebut malah menyentuh hati dan membukakan pikiran, yang menyadarkan dan mengingatkan saya kembali cara rejeki bekerja dalam islam.

Berikut yang saya bagikan adalah hanya beberapa yang saya ingat terus hingga hari ini dari yang disampaikan oleh Ippho Santosa yang menjadi panduan, karena saya pun masih dalam tahap belajar menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Rejeki yang meringankan dan memberatkan

"Terasa ringan, ketika hari gajian tiba kita pasti ada menggunakan uang untuk makan di restoran biasanya karena sedang banyak uang kita santai saja memilih restorannya yang penting perut kenyang hati senang"

"sering kali malah kita memilih restoran mahal yang harus bayar pajak makanan hingga pajak pelayanan yang jumlahnya mungkin bisa sampai 10% dari harga makanannya"

"Terasa berat begitu kita harus memotong gaji kita hanya 2.5% saja untuk membayar zakat penghasilan apalagi ditambah dengan harus infak ataupun sedekah"

Jleb banget saya mendengar hal tersebut.

Otak saya sepertinya secara otomatis mengingat-ingat sudah berapa banyak uang yang saya gunakan untuk membayar pajak makan tapi saya sering kali sengaja menunda berzakat dari gajian bulanan karena seberat itu rasanya.

Mengapa terasa ringan ?, bahkan nggak berasa deh mengluarkan uang untuk bayar pajak makanan dan pelayanan di restoran karena kita sebagai manusia itu sangat visual, harus melihat ada bentuknya dan ada hasilnya didepan mata, jadi walau kita sering kali membayar pajak-pajak tersebut di restoran dan mendumel tapi kita nggak bisa nggak bayar.

Dan terasa berat karena berzakat itu tidak ada bentuknya ketika di lakukan, bentuk yang terlihat malah uang berkurang saja di rekening tabungan kita dan kita tuh kebanyakan nggak suka melihat tabungan berkurang, siapa juga yang mau kan.


2,5% menjadi 10%

"Dari hanya 2.5% yang kita alokasikan untuk zakat lalu kita berdoa minta ini dan itu kepada Allah SWT, kalau di pikir lagi kita malahan lebih banyak mintanya daripada memberinya kepada sang khalik"

"Kalau kita ingin mendapatkan rejeki lebih dari yang kita harapkan, jangan hanya doa yang kita kencangkan tapi buatlah sedekah yang juga besar nominalnya. Seperti kita tahu sedekah adalah salah satu jalan untuk membuka pintu rejeki"

"Bila hanya dengan berzakat 2.5% maka Allah SWT mencukupkan rejeki kita cobalah rutin dengan menambahkan sedekah 10% dari penghasilan kita, insha allah rejeki kita turah seturahnya, ibarat air dalam ember LUBER"

Kalimat-kalimat tersebut nggak penah terpikirkan oleh saya sebelumnya, yang sering terjadi justru saya menunda-nunda berzakat, sayang banget mengeluarkan uang untuk bersedekah, belum lagi lebih sering mengeluh karena merasa rezekinya kurang dibanding dengan orang lain dan merasa sudah sangat maksimal ketika berdoa dan berusaha tapi kok hasilnya segitu saja.

Sejak seminar itu pola pikir saya tentang rejeki berubah 180 derajat yang saya lakukan pertama kali adalah menambahkan dan lebih sering memberi sedekah, logikanya semakin banyak kita memberi maka akan semakin banyak kita menerima. Tidak selalu dalam bentuk yang sama berupa materi karena kebahagian, kesehatan hingga teman yang baik itu pun rejeki.

Apapun yang Allah berikan pada kita itulah rejeki.

Tak ingin berlama-lama mempraktekkan ilmu tersebut, saya pun mulai menyisihkan 10% dari penghasilan untuk berzakat dan bersedekah, wuahhh rasanya berat banget, susah banget mengikhlaskannya tapi saya menyakini terus ke diri saya rejeki yang banyak datang dari Allah, kita kembalikan lebih banyak lagi untukNYA dan merasa cukup dengan yang kita terima setelahnya menjadikan saya tidak rakus dengan keinginan duniawi.

Bagaimana bila kita tak mampu melakukan setiap bulan bersedekah sebanyak 10% ? dalam islam segalanya selalu diberi kemudahan, sedekah 10% itu ibaratnya memancing jadi kalau kita ingin dapat ikan yang besar maka umpan kita juga besar tapi kita kan tak selalu punya umpan yang besar, jadi sesekali saja ketika memancing dengan umpan yang besar agar mendapat hasil pancingan yang besar juga.

Jadi tidak mengapa bila hanya setahun sekali kita baru dapat bersedekah 10% misalnya ketika kita mendapatkan bonus tahunan yang penting kita lakukan rutin setiap tahunnya dan ada lonjakan sedekah dari kita hasil dari lonjakan pendapatan kita tersebut.

Rajin sedekah ternyata menjadi kunci perubahan pada diri saya, sejak itu saya menutup mata ketika melihat orang lain yang punya lebih banyak rejeki daripada yang saya dapat, saya belajar menerima dengan ikhlas bahwa setiap orang sudah punya rejekinya masing-masing dan semakin besar rejekinya harus semakin besar juga rasa syukur kita.

Semoga bermanfaat dan Selamat mencoba.

Komentar

Formulir Kontak